Ukiyo-e: Seni Melukis Tradisional asal Jepang

Ukiyo-e adalah sebuah genre seni yang berkembang di Jepang selama periode Edo (1603-1868). Ukiyo-e berarti “gambar dari dunia yang mengambang”, yang mencerminkan kehidupan sehari-hari dan kesenangan masyarakat Jepang pada masa itu. Ukiyo-e menggunakan teknik cetak balok kayu, yang memungkinkan produksi massal dan distribusi luas. Ukiyo-e memiliki berbagai macam subjek, seperti wanita cantik, aktor kabuki, pemandangan alam, adegan lucu, dan bahkan erotika.

1. Memiliki Dua Gaya Pelukisan yang Berbeda.

Ukiyo-e memiliki dua gaya pelukisan yang berbeda: cukil kayu dan kuas. Cukil kayu lebih murah dan lebih populer, sedangkan kuas lebih mahal dan lebih langka. Cukil kayu membutuhkan kerjasama antara seniman, pemahat, pencetak, dan penerbit. Kuas memungkinkan seniman untuk berekspresi secara lebih bebas dan individual.

2. Dipengaruhi oleh Seni dan Budaya dari Cina, Korea, dan Eropa.

Ukiyo-e dipengaruhi oleh seni dan budaya dari Cina, Korea, dan Eropa. Ukiyo-e mengadaptasi gaya lukisan Cina dan Korea, serta menggunakan warna-warna cerah yang berasal dari pigmen Eropa. Ukiyo-e juga memperkenalkan perspektif linear dan bayangan dari seni Barat. Sebaliknya, ukiyo-e juga mempengaruhi seniman-seniman Eropa, seperti Monet, Van Gogh, dan Degas, yang terinspirasi oleh komposisi dan warna ukiyo-e.

3. Masa kejayaan Ukiyo-e.

Ukiyo-e mencapai puncak kejayaannya pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19. Beberapa seniman ukiyo-e yang paling terkenal adalah Katsushika Hokusai, Utagawa Hiroshige, Kitagawa Utamaro, dan Toshusai Sharaku. Mereka menciptakan karya-karya yang ikonik dan berpengaruh, seperti “The Great Wave off Kanagawa” karya Hokusai, “The Fifty-three Stations of the Tokaido” karya Hiroshige, “Bijin-ga” (gambar wanita cantik) karya Utamaro, dan “Yakusha-e” (gambar aktor kabuki) karya Sharaku.

4. kemunduran Ukiyo-e.

Ukiyo-e mengalami kemunduran pada pertengahan abad ke-19 karena perubahan politik, sosial, dan ekonomi di Jepang. Restorasi Meiji (1868-1912) membawa modernisasi dan pembukaan Jepang terhadap dunia luar. Ukiyo-e dianggap sebagai simbol dari zaman Edo yang lama dan ketinggalan zaman. Selain itu, perkembangan teknologi fotografi dan litografi mengurangi permintaan terhadap ukiyo-e.

5. Menjadi warisan budaya dan seni Jepang.

Ukiyo-e masih hidup hingga saat ini sebagai warisan budaya dan seni Jepang. Banyak museum di dalam dan luar negeri yang memiliki koleksi ukiyo-e yang berharga. Beberapa seniman kontemporer juga melanjutkan tradisi ukiyo-e dengan membuat karya-karya baru dengan gaya dan tema yang modern. Ukiyo-e juga menjadi sumber inspirasi bagi manga, anime, film, dan desain grafis.

Artikel Populer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *