Apa itu Shuji ?
Shuji (習字) dan Shodo (書道) adalah dua cara menerjemahkan kata “kaligrafi” ke dalam bahasa Jepang. Shuji terdiri dari dua karakter: “shu” yang berarti belajar, dan “ji” yang berarti karakter. Jadi, shuji bisa diartikan sebagai penulisan rapi. Shuji diajarkan di sekolah dasar, dengan karakter yang seimbang, berukuran sama, dan terdiri dari garis-garis yang rata. Shuji tidak hanya mengajarkan cara menulis huruf Jepang dengan indah, tetapi juga mengasah konsentrasi, ketelitian, dan kreativitas.
Shodo juga terdiri dari dua karakter, tetapi maknanya berbeda: “sho” yang berarti menulis, dan “do” yang berarti jalan. Jadi, shodo bisa diartikan sebagai kaligrafi atau jalan menulis. Shodo adalah ekspresi artistik dari seorang kaligrafer, yang tidak mengejar garis-garis yang rata dan karakter yang rapi. Dia memilih gaya yang sesuai, menulis karakter sesuai dengan topik; karyanya pribadi dan khas, membuat karakter menjadi hidup.
Sejarah
Shuji berasal dari shodo, seni kaligrafi Jepang yang dipengaruhi oleh budaya China. Shodo diperkirakan masuk ke Jepang sekitar abad ke-6 bersamaan dengan diperkenalkannya huruf kanji dan penyebaran agama Buddha di Jepang. Pada masa Heian (794-1185), shodo mengalami perkembangan yang luar biasa, banyak seniman kaligrafi yang memiliki kemampuan menulis sangat indah. Salah satu tokoh kaligrafi yang terkenal pada masa itu adalah kaisar Saga (786-842).
Pada masa Kamakura (1185-1333), huruf hiragana dan katakana mulai berkembang sebagai sistem penulisan yang berbeda dari kanji. Hiragana dan katakana digunakan untuk menulis bunyi bahasa Jepang, sedangkan kanji digunakan untuk menulis makna kata. Hiragana dan katakana juga memiliki bentuk yang lebih sederhana dan mudah ditulis daripada kanji. Huruf-huruf ini kemudian menjadi dasar dari kesenian ini, seni kaligrafi yang menggunakan huruf-huruf non-kanji.
Keindahan Shuji
Shuji memiliki keindahan yang tersendiri, yang berbeda dari shodo. Kesenian ini lebih menekankan pada kehalusan, kerapian, dan keseragaman bentuk huruf. Kesenian ini juga lebih mudah dipelajari oleh pemula, karena tidak memerlukan pengetahuan tentang kanji yang kompleks dan bervariasi. Seni kaligrafi ini cocok untuk menulis puisi, cerita pendek, atau pesan-pesan singkat yang ingin disampaikan dengan indah.
Untuk menjadi seorang seniman kaligrafi Jepang, tidaklah mudah. Diperlukan waktu puluhan tahun untuk berlatih dan menciptakan goresan indah dan berkarakter. Ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi dalam seni kaligrafi, seperti tebal tipisnya goresan, ukuran, dan urutan goresan. Peraturan ini bertujuan untuk menyeragamkan bentuk huruf dalam sebuah tulisan.
Shuji adalah salah satu cara untuk belajar menulis huruf hiragana dan katakana dengan indah dan benar. Kesenian ini juga bisa menjadi sarana untuk mengenal budaya Jepang tradisional dan kontemporer. Di Indonesia, banyak sekolah atau perguruan tinggi yang menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler shuji untuk siswa atau mahasiswa yang tertarik dengan seni kaligrafi Jepang.